Diberdayakan oleh Blogger.
RSS
Container Icon

It's me

Melihat salah satu film anime tadi malam, saya seperti melihat ke belakang dalam hidup saya. Ternyata penilaian saya selama ini salah. Saya kira di dunia ini hanya saya yang seperti itu. Ternyata ada orang di luar saya yang begitu tertarik dengan karakter tersebut dan menjadikannya sebuah karya animasi.

Saya seperti melihat diri saya dalam animasi itu. Karakter, gaya, kisah cinta, hampir 80% sama. Bedanya sedikit saja karena animasi itu di Jepang dan saya di Indonesia. Juga dengan karakter cowok di dalamnya agak berbeda. 

Ketika saya melihat tokoh ceweknya, saya merasa sedikit risih. Jadi selama ini, orang-orang di sekeliling saya mungkin merasakan hal sama. "Dry Ice" itulah saya yang dahulu. Tanpa ekspresi, tanpa perasaan, tak bisa merasakan apapun. Yang diinginkan cuma grade tinggi. 

My little monster, Shizuku, tokoh yang mirip sekali dengan saya. Saya selalu mengacuhkan orang-orang yang ingin mendekati saya. 

Tapi saya senang, sekarang saya tidak lagi seperti itu. Saya sudah jadi manusia normal. Siapa yang membuat saya seperti itu? Ada tokoh Haru lain dalam hidup saya. Tapi saya tak tahu siapa. Yang saya tahu, saya sudah berubah. Berubah drastis menjadi orang yang sentimentil dan sangat peka terhadap lingkungan. Bahkan hal kecil pun membuat saya meneteskan air mata. Tidak seperti dulu yang tidak bisa menangis bahkan tersentuh.


Sedikit tapi mengena. Itu yang saya dapatkan dari film animasi itu. Jika Anda ingin tahu seperti apa saya dulu, mungkin saya bisa rekomendasikan animasi dengan judul " My Little Monster"

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Why Mars Died, and Earth Lived


This video explores the most basic question of all: why we explore space? Be sure to experience the visual spectacle in full HD, 1080P.


The Mars rover, Curiosity, is the latest in a long line of missions to Mars: landers sent to scoop its soil and study its rocks, orbiters sent to map its valleys and ridges.

They are all asking the same question. Did liquid water once flow on this dry and dusty world? Did it support life in any form? And are there remnants left to find? The science that comes out of these missions may help answer a much larger, more philosophical question.

Is our planet Earth the norm, in a galaxy run through with life-bearing planets? Or is Earth a rare gem, with a unique make-up and history that allowed it to give rise to living things? On Mars, Curiosity has spotted pebbles and other rocks commonly associated with flowing water. 

It found them down stream on what appears to be an ancient river fan, where water flowed down into Gale Crater. This shows that at some point in the past, Mars had an atmosphere, cloudy skies, and liquid water flowing. So what could have turned it into the desolate world we know today? 

One process that very likely played a role goes by the unscientific name, "sputtering." Like the other planets in our solar system, Mars is lashed by high-energy photons from the Sun. When one of these photons enters the atmosphere of a planet, it can crash into a molecule, knocking loose an electron and turning it into an ion. The solar wind brings something else: a giant magnetic field. When part of the field grazes the planet, it can attract ions and launch them out into space. 

Another part might fling ions right into the atmosphere at up to a thousand kilometers per second. The ions crash into other molecules, sending them in all directions like balls in a game of pool. Over billions of years, this process could have literally stripped Mars of its atmosphere, especially in the early life of the solar system when the solar wind was more intense than it is today. 

Sputtering has actually been spotted directly on another dead planet, Venus. The Venus Express mission found that solar winds are steadily stripping off lighter molecules of hydrogen and oxygen. They escape the planet on the night side... then ride solar breezes on out into space.

This process has left Venus with an atmosphere dominated by carbon dioxide gas... a heat trapping compound that has helped send surface temperatures up to around 400 degrees Celsius. The loss of Venus' atmosphere likely took place over millions of years, especially during solar outbursts known as coronal mass ejections. 

If these massive blast waves stripped Venus and Mars of an atmosphere capable of supporting life how did Earth avoid the same grim fate? We can see the answer as the solar storm approaches earth. Our planet has what Mars and Venus lack - a powerful magnetic field generated deep within its core.

This protective shield deflects many of the high-energy particles launched by the Sun. In fact, that's just our first line of defense. Much of the solar energy that gets through is reflected back to space by clouds, ice, and snow. 

The energy that earth absorbs is just enough to power a remarkable planetary engine: the climate. It's set in motion by the uneveness of solar heating, due in part to the cycles of day and night, and the seasons. That causes warm, tropical winds to blow toward the poles, and cold polar air toward the equator. 

Wind currents drive surface ocean currents. This computer simulation shows the Gulf Stream winding its way along the coast of North America. This great ocean river carries enough heat energy to power the industrial world a hundred times over.

It breaks down in massive whirlpools that spread warm tropical waters over northern seas. Below the surface, they mix with cold deep currents that swirl around undersea ledges and mountains. Earth's climate engine has countless moving parts: tides and terrain, cross winds and currents -- all working to equalize temperatures around the globe.

Over time, earth developed a carbon cycle and an effective means of regulating green house gases. In our galaxy, are still-born worlds like Mars the norm? Or in Earth, has Nature crafted a prototype for its greatest experiment... Life?

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Haruskah Ku Pergi

Sepertinya semua harus ku akhiri.
Permainan yang aku mulai sendiri.
Ketidakseriusan  yang aku buat.
Semua ku kira akan mudah.
Mudah mengelabui hati tapi rupanya ada sisi jiwa yang enggan berpihak.

Seperti yang sudah dilakukan, sekarang harus segera dihentikan.
Sebelum terlambat dan menuai luka dari banyak hati.
Saat itu mungkin tak bisa diperbaiki lagi.

Meski aku coba mengingkari jati diri untuk menyambut kebahagiaan yang ternyata semu itu, kenyataannya aku tidak bisa.

Aku pikir aku akan setegar mereka, setegar dia, yang berlalu begitu saja tanpa meninggalkan apapun di hatinya dan hati yang lain.
Ternyata aku tak sanggup. 
Hatiku terlalu lemah untuk menjadi tidak baik.
Aku tak bisa menyakiti hati orang lain.
Setiap luka itu juga membuat luka di hatiku.

Kebahagiaan apa yang aku cari dengan menebar luka di hati yang lain?
Aku hanya mencari bayangan untuk menutupi kegelapan jiwaku.
Padahal tidak seharusnya demikian.

Orang yang datang padaku adalah orang yang sama tapi berbeda raga.
Tapi tetaplah dia dan dia dengan segala hal yang sama.

Jika aku lanjutkan hanya akan ada perulangan takdir menyakitkan.

Apa itu yang disebut bahagia???

Aku senang melihatnya bahagia. 
Seandainya saja bahagia itu denganku.
Tapi dia tak setangguh itu untuk bisa bersamaku.

Rasanya ingin aku pergi sejauh mungkin ke tempat tak ada satupun yang mengenalku.
Tapi apa yang aku dapatkan?
Bukankah aku di sini karena tujuan itu. Tapi aku pun tak mendapatkan yang aku mau.
Terulang lagi kisah yang sama dengan orang yang hampir sama.

Aku tak seharusnya berlari...
Karena langkah dan jalan yang ku tempuh juga tetap sama.

Hati ini lelah, lelah sekali.
Bertemu dan berpisah....

Aku ingin sendiri melalui hidup tapi itu tak mungkin.
Karena di sela perasaan jenuh itu terselip kerinduan akan kehangatan kasih sayang.

Tapi dibalik itu, aku sudah tak bisa merasakan apapun.
Hatiku membeku kembali.
Membeku dan tak berasa apapun.

Lalu untuk apa semua ini?
Untuk apa??

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS