Hari itu, suasana menjadi sendu. Ada banyak hal terjadi. Sudah beberapa tahun berlalu.
Perasaan itu tak lagi menyala-nyala namun ada sebagian kecil sisanya yang masih terasa menghunjam.
Kamu, yang pergi dan datang secara tiba-tiba tanpa berkata apapun.
Tidak kah kamu lelah dengan semua itu?
Kamu sudah pernah melepaskanku, mengapa harus kembali?
Apakah hidupmu tidak cukup bahagia hingga kamu mengintip kehidupanku?
Ataukah egomu ingin memastikan keberadaan cintaku?
Kita sama-sama tahu apa yang lebih kamu suka dan yang lebih aku suka.
Awalnya kita di jalan yang sama namun semakin hari, rasa suka kita terhadap sesuatu berubah.
Dari awal, aku katakan bahwa yang ku cari adalah orang yang tulus.
Aku sudah punya banyak hal dalam hidupku. Tapi mencari orang yang tulus padaku, bukanlah kelebihanku yang bisa dengan mudah untuk mendapatkannya.
Saat itu, kamu membuatku percaya bahwa kamu berbeda, kamu lah orang yang aku cari.
Seiring berjalannya waktu, kamu semakin menunjukkan diri bahwa dunia yang silau ini begitu memukaumu. Arah anginmu berbeda. Lalu bagaimana kapal kita bisa berlayar bersama?
Aku tak katakan bahwa aku tidak cinta dunia tapi dunia tidak cukup membuat egoku menggenggamnya melebihi keinginanku menemukan orang yang tulus terhadapku.
Dan kamu? Kita sungguh berkebalikan.
Semakin hari yang kamu lakukan hanya mengejar dunia yang fana itu.
Langkahmu makin berat meninggalkanku demi ambisi dan egomu.
Dan terakhir, aku lah yang kau jadikan bahan bakar untuk lajumu menggapai duniamu itu.
Lalu apa yang kini kamu cari dariku? Aku adalah abu sekarang.
Hatiku terkadang merindukan jiwa lamamu, saat kamu menjadi dirimu yang halus tanpa topeng.
Sekarang?
Sejak kamu memilih mengorbankanku demi dunia mu yang kau kira akan terus bersamamu itu, aku sudah mati.
Kamu tidak bisa menemui orang mati.
Aku yang kini ada, adalah orang baru yang hidup lagi.
Semesta menghidupkanku dan kamu tidak berhak untuk mengorbanku lagi.
