Diberdayakan oleh Blogger.
RSS
Container Icon

Hidup

Hidup,
Satu kata yang amat sederhana tapi untuk menjalaninya ada banyak hal yang membuatnya tak sederhana. Masing-masing orang memiliki kehidupan. Berbeda.


Hanya Allah yang tahu mengapa kehidupan manusia berbeda beda. Yang kita tahu hanya jika semua orang kehidupannya sama maka dunia ini akan berhenti berputar karena tidak ada yang harus terjadi.Bukankah itu berarti kehidupan menjadi tidak hidup?
Hidup terjadi karena perputaran suatu siklus yang meski kita sering tidak mengerti tentang itu tapi kita tetap harus menjalaninya.
Perbedaan yang terjadi dalam kehidupan manusia menimbulkan gesekan-gesekan yang kadang membuat kehangatan bagi kehidupan tapi kadangkala juga menimbulkan api besar yang bisa melahap semua hal.


Perbedaan itu yang kemudian menyebabkan munculnya "ingin" dan "rasa".
Ketika mendapati diri kita penuh dengan ujian sedangkan kita melihat orang lain tertawa riang maka kemudian kita berpikir bahwa hidup kita lebih berat darinya. Tapi benarkah demikian?
Mungkin sejenak kita harus berpikir mendalam.
Mencoba merasakan melalui kehidupan nyata kita untuk merenungi makna kehidupan kita.
Coba kita perhatikan, di sekolah tempat kita menuntut ilmu, mengapa selalu ada saja yang namanya ujian/tes. Tentu hal itu untuk mengukur seberapa paham kita tentang materi yang diberikan guru kita. Melalui ujian/tes, kita dinilai. Dan dari beberapa kali ujian/tes, nilai kita dikumpulkan lalu dilihat,apakah kita ada perkembangan,tetap,atau penurunan. Selanjutnya kita akan diberi nilai akumulasi. Ketika serangkaian ujian/tes dalam suatu paket pembelajaran telah selesai kita laksanakan dan nilai kita memenuhi standart maka kita berhak naik ke tingkat lebih tinggi. Dan di tingkat tersebut tetap akan ada dan malah lebih berat lagi adanya serangkaian tes yang tentunya dengan materi lebih berat dan lebih sulit. Hal ini akan terus terjadi hingga kita bisa mendapatkan suatu gelar pada tingkat yang tinggi. Ingin mendapatkan gelar  doctor, professor, itu pilihan Anda. Atau tidak ingin mendapatkan gelar sama sekali itu juga pilihan Anda.
Coba kita pikirkan kembali, bagaimana rasanya ketika kita masih berada dalam rangkaian tes itu?Berat,sulit tidur, pusing, dsb.
Tapi ketika sudah selesai?Betapa leganya kita dan waktu yang begitu lama kita rasakan untuk suasana berat itu tidak akan terasa lagi bahkan mungkin tidak akan diingat lagi ketika kita menyelesaikannya.


Bukankah perumpamaan itu sama persis dengan kehidupan kita.
Allah sendiri yang mengajari kita,yang memberi kita ujian dan memberi nilai kita. Allah tidak akan pilih kasih dan tak akan pernah salah dalam memberi nilai kita. Betapa baiknya Allah, ketika ujian kehidupan kita laksanakan, kita diperbolehkan mencontek cara orang lain untuk menyelesaikan ujian kita selagi itu membuat kita berhasil melewatinya, dengan catatan, cara yang dilakukannya masih mengikuti prosedur dan ketentuan dari Allah. Dan meskipun Allah tahu kita mencontek, Allah sekali-kali tidak mengurangi nilai kita ataupun memarahi kita. Dia selalu dan selalu tersenyum pada kita dan berada di samping kita untuk memberikan pengarahan. Lalu jika sudah demikian bukankah ujian tidak akan terasa lagi?


Yang sesungguhnya menjadi masalah ketika ujian dibebankan kepada kita ialah diri kita sendiri. Kita tidak percaya pada diri kita bahwa kita akan mampu melaluinya.
Ketika Allah memberikan kita suatu ujian tentunya Dia telah tahu seberapa besar kemampuan kita karena ujian Allah bukan untuk mempermalukan kita atau untuk menggagalkan kita melainkan untuk membuat kita naik tingkatan menjadi hamba-hambaNya yang terbaik.


Bukankah kita hidup untuk hal itu?Untuk apa kita hidup?Untuk Allah…hanya untuk Allah.
Jika kita memang sadar akan hal itu bukankah seharusnya tak ada yang lebih menyakitkan dalam kehidupan kita kecuali dibenci oleh Allah?
Sungguh betapa sakitnya kita jika sampai itu terjadi. Tapi Allah selalu menyayangi kita. Dia tidak pernah membuat kita sakit. Dia selalu ada untuk kita. 

Tapi Allah selalu menyayangi kita. Dia tidak pernah membuat kita sakit. Dia selalu ada untuk kita.


Saya percaya dengan semua itu karena Allah selalu ada untuk saya. Saya pun yakin, Dia selalu ada untuk Anda.
Allah akan sama dengan pandangan hambaNya. Ketika kita berpikir Allah jauh maka Allah akan jauh tapi jika kita berpikir Allah selalu ada untuk kita maka Allah akan begitu.
Berapa kali nyawa saya terancam oleh maut ,berapa kali pula Allah menyelamatkan saya. Itu sudah sangat nyata bahwa Allah ada untuk saya dan Dia belum menghendaki kepergian saya. Lalu beban hidup seperti apa lagi yang saya takutkan?


Terkadang ketika kita hidup untuk diri kita sendiri maka semua itu cukup, lalu bagaimana jika kita memiliki kehidupan beragam dengan banyak orang?
Sulitnya ialah menyamakan isi kepala dan hati kita dengan orang lain. Kita yakin tapi belum tentu orang lain yakin. Sehingga akan ada banyak goncangan dan gesekan yang bisa menimbulkan percikan api. Itulah yang kemudian disebut hidup. Hidup itu dinamis.
Dan Allah ingin kita belajar bersama-sama agar lulus ujian kita. Kita akan diberi ujian berbeda menurut kemampuan kita, bukankah itu adil? 

Kita akan diberi Allah ujian berbeda menurut kemampuan kita, bukankah itu adil? 

 
Rasakan jika Anda siswa kelas 2 SMP lalu diberi ujian yang sama dengan kelas 2 SMA, tak mungkin bisa bukan? Karena kita tidak mendapat pelajaran yang sama. Maka jika ujian kehidupan  kita lebih berat dari ujian teman kita, janganlah bersedih hati karena bisa jadi Allah menilai kemampuan kita lebih hebat daripada teman kita pada sisi kehidupan tertentu.


Dan ingatlah tidak ada satupun manusia di bumi ini yang ujiannya lebih berat daripada Rasulullah SAW dan tidak ada alasan untuk membantah hal itu.
Masihkah sekarang kita mengeluh? Tak apa karena manusia memang makhluk yang lemah. Itu berarti semakin menunjukkan kalau kita butuh Allah. Maka mintalah padaNya, niscaya Dia akan mengabulkan.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar