"Panas mentari menyengat sekali, ah belum seberapa jika dibandingkan panasnya neraka."
Kalimat becandaan yang ringan tapi sarat makna. Ada yang bilang "becanda kayak gitu mah gak asyik. Serius banget."Ya nggak asyik emang. Namanya becanda itu biar pikiran fresh kok malah ngomongin yang berat-berat.
Sering kali segala sesuatu yang berhubungan dengan agama dibilang "berat". Katanya orang yang cenderung "paham agama" itu terlalu serius, nggak asyik, monoton, rigid. Awalnya saya dengan lantang mengacungkan jari dan berteriak keras "yaaaaaaa!!!!"
Kalimat becandaan yang ringan tapi sarat makna. Ada yang bilang "becanda kayak gitu mah gak asyik. Serius banget."Ya nggak asyik emang. Namanya becanda itu biar pikiran fresh kok malah ngomongin yang berat-berat.
Sering kali segala sesuatu yang berhubungan dengan agama dibilang "berat". Katanya orang yang cenderung "paham agama" itu terlalu serius, nggak asyik, monoton, rigid. Awalnya saya dengan lantang mengacungkan jari dan berteriak keras "yaaaaaaa!!!!"
Tapi itu dulu. Sekarang saya banyak belajar hal baru bahwa jikalau terlalu banyak becanda, kita bisa jadi alpa tanpa sengaja dan itu berbahaya. Apalagi lidah yang tak bertulang ini tajamnya melebihi pedang. Bisa berbahaya jika tak dijaga. Pernah dengar ini "jangan banyak tertawa karena kebanyakan tertawa menjadikan hati mengeras"? Semoga pernah.
Saya pun sebenarnya suka sekali becanda bahkan seringnya kelewatan nggak tahu batas. Sampai suatu ketika saya sadar bahwa sebagian dari becandaan saya, mampu melukai hati orang lain. Karena di awal becanda kita akan membahas hal-hal konyol tentang kita atau yang pernah kita lihat tapi lama-lama akan ada orang yang jadi korban menjadi bahan becandaan kita. Itulah mengapa kita dilarang becanda yang berlebihan.
Sedikit berbelok bahwasanya orang-orang kebanyakan suka orang humoris. Ya jelas! Karena dengan adanya mereka, masalah yang mungkin sedang dihadapi berasa hilang sejenak. Nah itu bagus. Yang tidak bagus ialah saat humornya dengan mem-bully orang lain. Lucu memang. Tapi harus tahu batasan yah. Asal yang dibully merasa baik-baik saja, mungkin bisa diabaikan.
Selanjutnya, pada ilmu psikologi dijelaskan bahwa manusia akan cenderung mendatangi atau condong pada hal-hal yang menyenangkan dan akan menjauhi hal-hal yang dianggap membawa kesedihan. Thats why orang yang selalu kelihatan ceria akan lebih disukai ketimbang orang yang mukanya sedih terus. Tapi kecenderungan psikologis manusia ini sedikit melenceng karena tidak ada usaha untuk memahaminya. Kebanyakan orang belajar pada hal makro dan mengabaikan hal mikro. Contoh, kebanyakan orang akan menjauh saat orang lain datang padanya membawa masalah mereka, terlebih jika orang tersebut meminta tolong. Semakin sering didatangi, semakin muak terhadap orang tersebut. Di sisi lain ada orang lain juga yang datang dengan membawa "kesenangan". Entah dengan membawa "materi" yang diberikan beserta hak pakainya atau dalam wujud lain yang memberikan kepuasan pada orang ini. Semakin sering didatangi, akan semakin senang dan berharap datang kembali. Mungkin konsep di atas berlaku pada orang ini.
Sedikit berbeda pada orang tertentu yang mampu melihat dibalik "tabir". Artinya dia mampu melihat keindahan dibalik keadaan yang mungkin tidak indah. Baik yang datang itu materi kesenangan atau kesusahan dalam wujud manusia yang lain yang mendatanginya, ia tetap menerima dan membiarkan keduanya mendekat. Bilamana yang susah datang maka ia bantu dengan ikhlas. Ia pun senang karena ia tahu dan paham bahwa dengan sedikit memberikan haknya pada orang lain, ia sama saja dengan menanam benih kebaikan untuk dirinya sendiri. Bilamana yang datang adalah kesenangan maka ia tahu cara mengontrol diri agar tidak terlena dan tahu cara bersikap adil terhadap diri sendiri dan orang lain. Tidak ada justifikasi bahwa orang paham agama selalu dapat melakukannya atau orang yang kurang memahaminya tidak pernah menerapkannya. Tapi kenyataan membuktikan bahwa orang-orang yang berusaha memahamkan dirinya terhadap ajaran agama, akan cenderung lebih mengerti cara, makna, dan ilmu dalam menerapkan yang kemudian diikuti oleh sikap yang diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari. Teori tolong-menolong sudah kita pelajari sejak kita kecil. Bahkan dalam pelajaran saat SD. Namun praktiknya itu yang susahnya luar biasa. Dunia yang makin semrawut bahkan mengakibatkan turunnya rasa saling percaya. Percaya pada orang lain saja susah apalagi percaya pada keajaiban "kebaikan".
Saya pun sebenarnya suka sekali becanda bahkan seringnya kelewatan nggak tahu batas. Sampai suatu ketika saya sadar bahwa sebagian dari becandaan saya, mampu melukai hati orang lain. Karena di awal becanda kita akan membahas hal-hal konyol tentang kita atau yang pernah kita lihat tapi lama-lama akan ada orang yang jadi korban menjadi bahan becandaan kita. Itulah mengapa kita dilarang becanda yang berlebihan.
Sedikit berbelok bahwasanya orang-orang kebanyakan suka orang humoris. Ya jelas! Karena dengan adanya mereka, masalah yang mungkin sedang dihadapi berasa hilang sejenak. Nah itu bagus. Yang tidak bagus ialah saat humornya dengan mem-bully orang lain. Lucu memang. Tapi harus tahu batasan yah. Asal yang dibully merasa baik-baik saja, mungkin bisa diabaikan.
Selanjutnya, pada ilmu psikologi dijelaskan bahwa manusia akan cenderung mendatangi atau condong pada hal-hal yang menyenangkan dan akan menjauhi hal-hal yang dianggap membawa kesedihan. Thats why orang yang selalu kelihatan ceria akan lebih disukai ketimbang orang yang mukanya sedih terus. Tapi kecenderungan psikologis manusia ini sedikit melenceng karena tidak ada usaha untuk memahaminya. Kebanyakan orang belajar pada hal makro dan mengabaikan hal mikro. Contoh, kebanyakan orang akan menjauh saat orang lain datang padanya membawa masalah mereka, terlebih jika orang tersebut meminta tolong. Semakin sering didatangi, semakin muak terhadap orang tersebut. Di sisi lain ada orang lain juga yang datang dengan membawa "kesenangan". Entah dengan membawa "materi" yang diberikan beserta hak pakainya atau dalam wujud lain yang memberikan kepuasan pada orang ini. Semakin sering didatangi, akan semakin senang dan berharap datang kembali. Mungkin konsep di atas berlaku pada orang ini.
Sedikit berbeda pada orang tertentu yang mampu melihat dibalik "tabir". Artinya dia mampu melihat keindahan dibalik keadaan yang mungkin tidak indah. Baik yang datang itu materi kesenangan atau kesusahan dalam wujud manusia yang lain yang mendatanginya, ia tetap menerima dan membiarkan keduanya mendekat. Bilamana yang susah datang maka ia bantu dengan ikhlas. Ia pun senang karena ia tahu dan paham bahwa dengan sedikit memberikan haknya pada orang lain, ia sama saja dengan menanam benih kebaikan untuk dirinya sendiri. Bilamana yang datang adalah kesenangan maka ia tahu cara mengontrol diri agar tidak terlena dan tahu cara bersikap adil terhadap diri sendiri dan orang lain. Tidak ada justifikasi bahwa orang paham agama selalu dapat melakukannya atau orang yang kurang memahaminya tidak pernah menerapkannya. Tapi kenyataan membuktikan bahwa orang-orang yang berusaha memahamkan dirinya terhadap ajaran agama, akan cenderung lebih mengerti cara, makna, dan ilmu dalam menerapkan yang kemudian diikuti oleh sikap yang diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari. Teori tolong-menolong sudah kita pelajari sejak kita kecil. Bahkan dalam pelajaran saat SD. Namun praktiknya itu yang susahnya luar biasa. Dunia yang makin semrawut bahkan mengakibatkan turunnya rasa saling percaya. Percaya pada orang lain saja susah apalagi percaya pada keajaiban "kebaikan".
Saat seseorang berkata "saya ingin kelak menjadi seorang boss", akan ada banyak yang bersorak dan mendukung tapi saat ada yang berkata "saya ingin menolong orang banyak dengan yang saya lakukan ini", tanggapan yang datang hanya kesinisan, "yakin kamu bisa?ya coba saja seh, kita lihat berapa banyak yang bisa kamu tolong". Tidakkah itu ironis??
Niat yang baik seyogyanya diimbangi dengan dukungan dan optimistis yang tinggi agar niat itu tidak berhenti di kepala tapi berhasil dikerjakan dalam tindakan. Tidak ada yang salah dengan menjadi apapun jika diniatkan memberi kemanfaatkan bagi orang banyak. Sedikit atau banyak bantuan kita akan bermanfaat tanpa harus menjatuhkan niat baik orang lain. Itu masih bantuan yang bersifat moril saja susah sekali diberikan apalagi berupa kebendaan.
Maka, jika orang-orang hanya mendatangimu hanya saat tertentu layaknya semut mendatangi gula, sebutlah itu "LIFE". Tapi jika bahkan dalam kondisimu yang berantakan, mereka mau menerimamu, thats "LOVE". Dalam LIFE tidak selalu ada LOVE. Tapi pada setiap hadirnya "LOVE" maka "LIFE" akan ada dan bermakna.
Maka, jika orang-orang hanya mendatangimu hanya saat tertentu layaknya semut mendatangi gula, sebutlah itu "LIFE". Tapi jika bahkan dalam kondisimu yang berantakan, mereka mau menerimamu, thats "LOVE". Dalam LIFE tidak selalu ada LOVE. Tapi pada setiap hadirnya "LOVE" maka "LIFE" akan ada dan bermakna.
0 komentar:
Posting Komentar