Sungguh Maha Besar Allah dengan segala kuasanya.
Duhai hati yang begitu kerdil, sungguh dalam sepersekian detik saja perasaan di dalamnya bisa berubah.
Sedetik lalu mungkin sedang marah, mengutuk, tapi detik berikutnya begitu damai dan penuh dengan kasih sayang.
Begitulah hati manusia....tidak ada jaminan akan setia pada satu perasaan.
Persembahan perasaan mendayu-dayu kali ini disponsori lagu nya Letto-Ruang Rindu.
Lagu ini sederhana dengan musik ringan dan easy listening. Tapi tentu saja sekaliber Letto, jangan diragukan makna lagunya. Saya adalah salah satu penggemar Mas Sabrang secara khusus, baik sebagai vokalist nya Letto atau secara personal. Semakin sering mendengar podcast yang menjadikannya narasumber semakin saya mengaguminya. Ada titik khusus dalam pemikirannya yang sejalan dengan pemikiran saya. "Ruwet" kalau kata orang Jawa.
Tapi dari sana lah keunikan itu ada. Dan seperti kata "unik" itu, tidak akan bisa semua orang memahami diri kami secara utuh. Entah kapan saya akan bisa menemukan orang yang bisa memahami diri ini seutuhnya (curcol...haha).
Lain waktu akan saya sempatkan menulis secara khusus tentang pemikiran Mas Sabrang dan juga diri saya, kali aja Anda ingin mengenal saya lebih dekat dan mau menerima saya apa adanya #eeeehhh....haha
Agar semakin mendayu-dayu saya ingin membahas lagu Ruang Rindu karya Letto.
Sebenarnya jika Anda mencari di internet pasti sudah banyak yang membahasnya dari berbagai versi, mulai dari yang sangat Islami dan yang berkaitan dengan romansa. Untuk itu saya mau membahas keduanya, kebetulan saya suka keduanya...haha
Marilah dibahas dengan santai dan penuh perasaan karena sepertinya mood saya sedang menjembatani keduanya.
"Di daun yang ikut mengalir lembut
Terbawa sungai ke ujung mata
Dan aku mulai takut terbawa cinta
Menghirup rindu yang sesakkan dada"
Ini adalah bait awal lagu Ruang Rindu.
Sungguh pengawalan lagu dengan lirik yang sangat romantis.
Jika ini tentang keyakinan Islam maka sungguh menggambarkan perasaan seorang hamba yang begitu dalam tentang keimanannya.
Dan jika ini dihubungkan dengan romansa, bisa dibayangkan bahwa si "aku" ini sedang jatuh cinta.
Anda tahu, dalam pembahasan bab "Tipe-Tipe Aliran Fluida", aliran air itu ada yang namanya laminar dan turbulent (ehem....saya pakai ilmu teknik kimia...haha). Di dalam pembahasan dinamika fluida, ketika aliran suatu fluida lambat maka flow pattern nya menjadi smooth. Namun ketika alirannya turbulent maka pattern nya menjadi tidak stabil dan fluida dapat bergerak ke semua arah. Anda tahu bahwa sungai di Indonesia itu termasuk yang kontur dasar sungainya-tanahnya beraneka ragam dan cenderung alirannya turbulent. Jarang sekali ditemukan sungai dengan aliran laminar. Kecepatan fluida itu mempengaruhi obyek yang dibawanya. Semakin kontur dasar tanah dan bebatuannya "menantang" maka alirannya makin turbulent dan obyek yang dibawanya akan cepat berpindah dari satu titik ke titik yang lain.
Bayangkan di situasi lirik ini. Sungai ini alirannya laminar atau pelan. Airnya tetap mengalir dengan lambat, tidak banyak riak / gelombang. Tetiba di sana ada daun-daun yang jatuh. Anda mengamati satu daun dari sekian banyak daun yang jatuh di atas air itu. Anda amati terus daun itu berjalan di atas air mengikuti kecepatan air yang pelan. Begitu lembut kata Letto. Di setiap perjalanan daun itu seakan hati Anda juga bergerak, pelan dan lembut, begitu tenang. Anda mengamati daun itu hingga jauh, sampai pada suatu titik, dimana daun itu terlihat semakin jauh dan kecil, hingga akhirnya hanya terlihat oleh ujung mata Anda.
Secara Islami, saat itu hati kita terasa begitu tenang dan damai. Hingga setiap perasaan yang kita rasakan bisa kita nikmati. Bahkan mungkin setiap detak jantung dan tarikan napas kita, bisa kita dengarkan. Saat di mana hati kita penuh rasa syukur. Rasa syukur itu tidak selalu muncul di saat hati kita bahagia karena sebuah nikmat. Bahkan bisa jadi tatkala kita sedang diuji dengan hal berat tapi kita bisa memahaminya sebagai wujud cinta Tuhan pada kita maka rasa syukur itu akan muncul. Ketika sampai pada moment itu, kita paham bahwa Tuhan dengan segala kasih sayang Nya telah memberikan kita banyak hal yang seringnya kita tidak menyadarinya atau bahkan lupa berterima kasih. Yang akhirnya memunculkan kerinduan kita pada Rabb kita. Betapa kita ingin semakin mendekat kepada Nya.
Bagaimana dengan romansa?
Ini adalah saat dimana kita sedang sangat dekat dengan hati kita. Kita bisa merasakan apa yang ingin disampaikannya. Dunia seakan sedang berwarna merah muda, waktu berjalan begitu lambat, angin terasa sepoi-sepoi, daun dan batang pohon-pohon bergerak dengan indah seakan-akan menari dan bersenandung bersama. Udara begitu segar dengan cahaya matahari yang sejuk. Seakan kita bisa menari, bernyanyi, dan tertawa di dalamnya. Yah, kita sedang jatuh cinta, begitu indah. Namun di dalam perasaan yang indah itu, kita mulai merasa khawatir. Ada banyak kekhawatiran yang muncul seiring dengan perasaan bahagia itu. Kita mulai memikirkan banyak hal tentang orang yang kita cintai. Bagaimana kabarnya saat ini?Apakah dia baik-baik saja?Apakah dia sedang memikirkan kita atau tidak?Apakah dia tengah sibuk dengan pekerjaannya atau sedang apa dia sekarang?! Ada begitu banyak hal menghiasi pikiran kita hingga kemudian kita jadi overthinking.
"Jalanku hampa dan kusentuh dia
Terasa hangat, oh, di dalam hati
Kupegang erat dan kuhalangi waktu
Tak urung jua kulihatnya pergi"
Bait ini menceritakan secara Islami bahwa dalam menjadi kehidupan kita sehari-hari, ada kalanya kita sangat terlarut dengan hal-hal duniawi. 24 jam kita terasa kurang. Ada begitu banyak pekerjaan yang harus kita selesaikan. Belum lagi urusan pribadi kita dengan orang-orang terdekat kita. Yang akhirnya membuat kita lelah baik jasmani maupun rohani. Saat itu kita merasakan "kekosongan" dan kita sadari betul bahwa kita agaknya jauh dari Tuhan kita. Lalu kita mencoba kembali dan mendekat. Kita tingkatkan ibadah kita. Di sanalah kemudian kita temukan lagi kedamaian hati kita. Kita yang kadang terlarut dalam ibadah kita dan kedekatan kita dengan Tuhan, akhirnya harus kembali ke rutinitas dan menjalani hari-hari kembali dengan segala kesibukan kita. Bukankah Tuhan, Allah kita telah mengatakan “Dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya” (Q.S. Qaaf : 16).
Secara romansa, dalam kehidupan kita, ada kalanya kita menghadapi situasi yang tidak menyenangkan. Bisa juga kita berada pada kondisi saat hati kita patah, terluka, sedih, kecewa. Hidup berasa suram. Kita mulai pesimis dengan dunia. Kita merasa kehidupan sedang tidak berpihak. Ada banyak perasaan terpendam dan semakin mengeraskan hati kita. Perasaan kita "flat" dan dunia menjadi begitu monokrom, abu-abu, bahkan cenderung gelap bagi kita. Kita menjalani hari-hari dengan tanpa semangat, hanya menjalankan rutinitas saja. Tidak ada gairah hidup. Tidak ada semangat. Semua tampak membosankan. Namun kemudian, ada seseorang yang tanpa kita sadari tiba-tiba hadir dalam hidup kita. Dia mulai mendekat dan seperti cahaya yang mulai menerangi dunia kita. Kehidupan kita mulai berwarna. Tidak selalu berwarna terang tapi itu cukup melengkapi daftar warna dan membuat pelangi dalam hari-hari kita. Hati kita yang semula dingin dan kosong, menjadi hangat. Kita mulai meleleh. Kita kemudian berusaha untuk mempertahankan kondisi itu. Kita tak ingin dia menjauh. Kita berusaha dekat dan semakin dekat dengannya. Tapi, apalah daya kita. Dia juga manusia, dia sedang berproses, sama dengan kita. Dia juga punya mimpi, harapan, dan kehidupan pribadi. Maka dia pun berusaha mencapai dan menjalani itu dan mungkin itu menimbulkan jarak antara kita dan dia.
"Tak pernah kuragu dan s'lalu kuingat
Kerlingan matamu dan sentuhan hangat
Ku saat itu takut mencari makna
Tumbuhkan rasa yang sesakkan dada"
"Kau datang dan pergi, oh, begitu saja
Semua kutrima apa adanya
Mata terpejam dan hati menggumam
Di ruang rindu kita bertemu"
Secara Islami, manusia terkadang "tersesat". Kadang merasa begitu jauh dari Tuhan. Ada kalanya lupa dengan Tuhan. Namun ketika datang ujian, penderitaan, maka manusia akan kembali pada Tuhan untuk mencari pengampunan, kedamaian, solusi, dan sandaran. Dan di saat manusia menyadari semua itu maka manusia akan memperbaiki diri, kualitas diri, ibadah, dengan harapan kelak akan bertemu Rabb nya dalam ruang abadi dimana hanya akan ada keindahan, kenikmatan, dan segala kemudahan, yang akan ditemuinya di surga.
Secara romansa, di saat kita mulai menyadari apa yang terjadi, kita mulai khawatir, mulai ragu dengan perasaan kita sendiri. Kita ragu dengan harapan, impian, dan masa depan. Tapi perasaan yang hangat itu adalah nyata dan itu tidak bisa dilupakan. Saat becanda bersama, menghabiskan waktu bersama yang mungkin hanya sesaat. Perasaan "hangat" ketika kedua tangan saling terkait satu sama lain. Ada kalanya hati mulai mempertanyakan, perasaan apa ini. Apakah ini nyata atau tidak. Apakah perasaan itu benar adanya di kedua hati atau hanya perasaan sendiri yang terbawa. Terkadang, rasanya ingin bertanya secara langsung tapi hati begitu takut akan jawaban yang mungkin diterima. Bagaimana jika dia hanya "bermain-main", atau dia hanya menjadikan kita pelarian, atau yang dia rasakan hanya perasaan sesaat yang kemudian hilang. Dia yang keberadaannya tidak selalu di samping kita. Kita bukan siapa-siapa dalam kehidupannya, tidak ada hak untuk memintanya tetap di samping kita, apa yang bisa dilakukan selain membiarkannya datang dan pergi dalam kehidupan kita. Kadang mendekat dan kadang menjauh. Bentuk kepasrahan dan harapan yang melebur jadi satu. Dan dalam perasaan yang tidak menentu itu, kita memejamkan mata, sejenak melihat kembali pada diri dan perasaan kita, semoga dia di sana merasakan hal serupa. Semoga dia juga merindukan kita. Maka biarlah kita dan dia bertemu dalam sebuah "ruang" tak terlihat dimana hati kita saling bertaut, semoga dalam kerinduan yang sama, impian dan harapan yang sama, dan perasaan terdalam yang sama bahwa kita saling membutuhkan, saling menyayangi, saling mendukung, dan selalu ingin bersama di setiap waktu.
0 komentar:
Posting Komentar