Diberdayakan oleh Blogger.
RSS
Container Icon

Cermin Perasaan


Obrolan santai kali ini, saya awali dengan kutipan dari Syekh Maulana Muhammad Zakariya Al-Kandhlawi dalam kitabnya yakni Fadhilah Amal, "hati diibaratkan cermin".

Kita geser sedikit definisinya dan mungkin saja tidak tercantum dalam pembahasan kitab itu, kita artikan menjadi: hati sama dengan perasaan.
Maka perasaan manusia itu seperti cermin.

Sesuai dengan sifat dasar cermin yakni memantulkan cahaya, perasaan manusia juga mampu memantulkan "perasaan" manusia yang lain.
Tepat atau tidak, bergantung dari banyak faktor, termasuk latihan dan pengalaman.
Berlatih dan mencari pengalaman untuk peka serta merasakan simpati & empati pada orang lain.
Andai kita bisa memperhatikan lebih dalam, sesungguhnya apa yang kita rasakan terhadap orang lain maka sesungguhnya itu juga dirasakan oleh orang lain tersebut kepada kita.

Mari bicarakan hal positif. Kita beri batasan pada perasaan positif saja. Misalkan pada perasaan antara seorang pria dan wanita.

Sekarang, bayangkan seseorang yang akhir-akhir ini dekat dengan Anda. Seorang pria atau wanita yang akhir-akhir ini mungkin menghabiskan waktu lebih lama bersama Anda.

Apakah dia adalah orang yang sudah lama Anda kenal?
Ataukah Anda dan dia belum lama bertemu tapi sudah mulai akrab dan dekat?

Secara spesifik, rasakan "perasaan" Anda terhadapnya.

Apakah Anda merasa nyaman saat dekat dengan dia?
Entah dia orang yang sudah lama Anda kenal atau orang baru yang Anda temui. Jika Anda merasakan "kehangatan dan kenyamanan" dalam hati (perasaan, red) Anda maka sangat mungkin orang tersebut juga merasakan hal yang sama.

Mungkinkah Anda salah dan hanya merasa "Ge'eR"? Bisa jadi, maka Anda butuh melakukan validasi terhadap perasaan itu.
Anda bisa mengajaknya berbincang santai lebih lama atau melakukan aktivitas bersama. Silakan Anda amati dan validasi secara jujur. Apapun hasilnya, jangan biarkan subyektivitas perasaan Anda mempengaruhinya.

Jika jawabannya adalah "ya" maka mari berbincang lebih jauh tentang ini.

Pada kasus orang yang lama kita kenal tapi kita baru menyadari ada sesuatu yang berbeda pada perasaan kita maka kita anggap saja, Anda baru mengenalnya...saat Anda mulai tertarik kepadanya. Maka kita ambil boundary bahwa seseorang itu adalah orang "baru" yang mungkin memang benar-benar baru dalam kehidupan Anda.

Apakah Anda mengamati perasaan Anda akhir-akhir ini?

Selain bercermin pada perasaan orang lain, kita sangat perlu bercermin terhadap perasaan kita sendiri. Ajaklah "dia" berbincang dan tanyakan apa yang "dia" rasakan.

Perhatikan dengan benar, apakah akhir-akhir ini, seseorang itu bersikap terbuka kepada Anda? Ada banyak hal yang dia bicarakan dengan Anda. Segala macam isi hati dan perasaan (sebagian besar atau sebagian yang penting baginya), dia curahkan tanpa rasa sungkan atau segan. Walau mungkin perkenalan dengannya belum lama, tapi dia tampak begitu lepas dan bebas saat mengobrol dan berkomunikasi.
Apakah Anda juga melakukan hal yang sama?

Yang berikutnya, selain banyak menceritakan tentang dirinya, dia juga menjadi pendengar yang baik untuk Anda. Dia bisa dengan sabar dan tenang mendengarkan semua hal yang Anda bicarakan. Bahkan dia senantiasa mengingat hal-hal yang Anda bicarakan dan obrolkan dengannya.
Bagaimana dengan Anda? Samakah?

Kemudian, dia tak mengekang atau posesif. Malah dia memberi Anda kebebasan untuk tetap menjadi diri sendiri. Dia suka menjadi dirinya sendiri apa adanya, dan suka melihat Anda menjadi diri Anda apa adanya juga. Hadirnya kebebasan ini menjadi pertanda dia juga telah menaruh kepercayaan kepada Anda, begitu juga Anda. Benar?

Perhatikan hal lainnya. Akhir-akhir ini, apakah pada banyak momen, dia sering jadi orang yang membersamai Anda dalam menjalani hari-hari? Seiring waktu berjalan, waktu yang Anda habiskan bersamanya makin banyak. Dia selalu meluangkan waktu khusus untuk senantiasa hadir dan ada di dekat Anda langsung atau tidak langsung.

Jika Anda merasakan itu semua maka yakinlah bahwa Anda dan dia berada dalam fase "Nyaman dan Ingin Terus Bersama".

Jika fase itu terus berlanjut maka bukan tidak mungkin, Anda dan dia bisa memiliki hubungan yang lebih hangat dan kuat untuk dijalin bersama.

Namun selalu yang harus diingat bahwa perasaan yang seperti cermin itu adalah perasaan yang juga memiliki potensi menjadi "rapuh dan pecah". Anda dan dia harus berhati-hati dalam membawanya. Jika Anda dan dia memulainya dengan baik maka biarkan prosesnya berjalan secara alami tetap baik. Jangan lakukan hal berlebihan atau juga hal-hal yang dapat mengurangi nilai dari kedekatan itu.

Saat fase ini, perasaan Anda dan dia mulai membentuk "ikatan batin".
Ikatan itu membuat Anda dan dia mampu terhubung meski tanpa bertatap muka.
Anda dan dia bisa saling merasakan kebahagiaan, kesedihan, keresahan, kekecewaan, ataupun emosi-emosi lainnya.
Perasaan Anda dan dia berada dalam satu frekuensi yang tidak akan bisa ditemukan oleh orang lain bahkan jika saat mereka mencoba masuk dalam "jaringan" itu.

Mungkin juga dalam fase ini akan mulai terbentuk percikan-percikan kecil yang menjadikan Anda dan dia merasa ragu. Bukankah dengan semakin mengenalnya maka itu adalah saat yang sama dimana Anda juga mulai mengenal diri Anda?
Semakin dalam Anda menyelami perasaannya maka semakin dalam juga Anda menyelami perasaan Anda. Akan ada banyak kejutan-kejutan yang Anda dan dia akan temukan.

Lalu bagaimana setelahnya?

Semua tergantung Anda dan dia.
Semakin dewasa dan semakin bijaksana Anda dan dia, dalam menyikapinya maka semakin jelas perasaan itu.
Anda dan dia akan menemukan jalan dan jawaban saat dua perasaan itu saling bergerak bersama.
Apakah dibiarkan tumbuh dan berkembang atau salah satu dari Anda atau dia akan mematahkannya dan membiarkannya menguap begitu saja.

Perasaan adalah cermin. Saat Anda atau dia melangkah maka perasaan satu sama lain akan saling mempengaruhi-terpengaruh.

Biarkan perasaan itu mengalir apa adanya, nikmati dan belajarlah memahaminya.

Selamat berbincang dengan "perasaan" Anda!

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar