Diberdayakan oleh Blogger.
RSS
Container Icon

Tak Tahu Apa Maumu



Aku baru tahu isi hatinya dari salah seorang teman yang mendapatkan sms langsung darinya. Aku makin berpikir, jadi selama setengah tahun itu dia sebenarnya berlari-lari hatinya hanya untuk mencari perhatianku. Dan bodohnya aku yang tak mampu menyadarinya. Tapi tak boleh dia menyalahkanku. Toh dia sendiri yang bilang dulu bahwa dia nggak selevel denganku dan nggak mungkin dia jatuh hati padaku makanya aku pun menutup mata untuknya.

Dan tanpa aku sadari ternyata dia menaruh hati padaku. Lantas jika sekarang dia menjadi orang fanatik seperti itu aku juga ikut bertanggung jawab. Tak baik menyangkut pautkan urusan agama dengan perasaan tapi mau gimana lagi, setidaknya aku punya alasan kuat dia berubah seperti itu.



Hai Fir, tumben nih nggak ama Ihsan. Biasanya lengket kayak perangko” ujar Lia, salah satu temanku sejak SMA dulu. “Ya….kamu ‘kan udah aku kasih tahu kalo Ihsan sekarang alergi dengan wanita.” Jawabku enteng. “ Iyach sih…napa yah dia gitu…Masak maren katanya si Wisnu dia nolak bonceng Nadia pas ketemu di jalan padahal kondisinya hujan deras dan udah agak malam karena alasan bukan muhrim. Sama aja dengan bo’ong, selamat ke surga ndiri tapi gak punya nilai kemanusiaan!” tutur Lia panjang lebar. “ Udahlah Li, nggak sah ngomong apa-apa lagi. Aku yang udah kenal dia lama aja hampir tak mampu mengenali sikapnya.

Sore itu aku duduk di beranda kosku sambil merenungi dialogku dengan Lia tadi siang. Kupikir terus, tambah lama tambah mikir aneh-aneh aku. Apakah Ihsan sungguh kecewa padaku hingga dia seakan mengasingkan diri sambil berkedok mendalami agama dengan sempurna. Tapi dipikir lagi, memang seberapa hebat aku hingga mampu merubah psikologinya seperti itu sedang gadis yang dulu dicintainya sebelum aku, jauh lebih cantik daripada aku. Aku berpikir demikian karena aku tahu dia adalah tifikal laki-laki yang memandang wanita dari fisik. Tapi jika analisaku salah mengapa dia bersikap tidak wajar kepadaku sejak dia tahu aku memiliki seorang pria special dalam hidupku. Dia pernah marah kepadaku karena aku tidak memberitahunya jika aku telah memiliki seorang kekasih. Dan dia juga pernah menyatakan suka kepadaku meskipun dengan amat ragu. Sikapnya yang telah banyak pengorbanan baik materi, tenaga, waktu telah benar-benar membuktikan kalau dia memang sangat menjagaku. Tapi, dia juga salah. Mengapa tidak mengatakannya sebelum aku bersama orang lain. Sekarang masalahnya dia memperlakukanku dengan sangat tidak bijak. Belum satu bulan aku sibuk dengan tugas-tugas baruku sehingga aku jarang bertemu dengannya, tiba-tiba saat bertemu, dia memperlakukanku sangat aneh dan lagi-lagi dia menjadikan ‘ agama ‘ sebagi tameng. Dia sangat tahu kalau aku sangat menjunjung tinggi masalah agama dan aku tidak mungkin berdebat jika menyangkut hal itu. Tapi kata-katanya itu seakan aku ini adalah orang yang begitu dangkal pengetahuan agamanya. Dan apakah dengan dia tak mau berboncengan dengan wanita lantas dia tak mau menolong Nadia karena alasan bukan muhrim padahal Nadia sedang dalam kondisi butuh bantuan dan apakah aku tetap harus membenarkannya? Tidak! Aku tahu mungkin aku bukan orang yang suci, bebas dari semua dosa, tapi aku punya hati dan aku nggak mau membenarkan sikapnya itu. Lama sekali aku merenung hingga tak sadar adzan maghrib berkumandang.aku pun segera masuk dan mengambil air wudlu untuk segera malaksanakan perintah Allah yang satu itu.

Hai Fir, jadi tah programnya?” temanku tiba-tiba ada di sampingku. “ Ya jadilah tapi aku minta izin untuk mengurus masalah pribadiku ya…” jawabku kemudian. “ Iya..tentu” dia menimpali. Aku pun kemudian segera mengambil HP dalam tasku dan mulai menekan keypad HP. Dari kejauhan terdengar…tit…tit..tit….” Iya halo, assalamualaikum Fir” seorang laki-laki menjawab. ”Waalaikumsalam. Maaf mengganggumu San. Kamu sedang ada kesibukan nggak? Ada hal ingin aku sampaikan.” jawabku  “Oh nggak ada kerjaan kok. Mau ngomong apa silakan” Ihsan berkata. Ihsan aku mau minta maaf jika aku selalu merepotkanmu. Apalagi jika kamu merasa terganggu karena sikapku yang kau pikir tak sepaham denganmu.Kau masih ingat Nadia? Ok aku nggak akan ikut campur tapi perlu kamu tahu aja bahwa bersikap rigid terhadap suatu permasalahan tidak selalu membawamu pada hal yang baik. Karena sesuatu yang baik jika dilakukan dengan cara tidak baik hasilnya nggak akan sempurna baik. Maaf jika kata-kataku terlalu panjang.” Ucapku pada Ihsan “ Ya Fir, maaf mungkin kita memiliki prinsip beda tapi inilah aku sekarang.” Ihsan menjawab “ Ya aku tahu dan akupun tak pernah ada niat buat campuri hidupmu kok, jadi tenang aja. Tapi aku mau tahu, apakah kamu bersikap ‘anarkis’ kayak gitu karena aku juga?” kataku kepada Ihsan. Ihsan tak menjawab sepatahpun, kemudian tiba-tiba setelah diam agak lama, dia berkata ”Maaf aku ada kegiatan, kapan-kapan kita sambung lagi ngobrolnya ya. Assalamualaikum.” Dengan tergopoh-gopoh Ihsan menutup telponnya. Aku tak berpikir panjang tentang ini, aku hanya berpikir seandainya dia berubah karena memang diniatkan begitu aku berdoa semoga Allah senantiasa melindungi hatinya tapi jika melakukan ini karena suatu alasan tertentu maka aku berharap dia akan sadar sebelum dia terjatuh.





  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar