Diberdayakan oleh Blogger.
RSS
Container Icon

"Gengsi" Masihkah dipertahankan?

Gengsi tinggi, saya tidak menganggapnya serius sampai tiba hari ini, benar-benar kini telah mengubah cara berpikir saya. Karena saya baru merasakan kekecewaan dan penyesalan luar biasa akibat gengsi tersebut.

Sebelum saya bercerita panjang lebar, saya ingin membahas terlebih dahulu tentang kata "gengsi". Tahukah Sobat bahwa gengsi berasal dari kata prestige, kata ini berasal dari kata dalam bahasa latin praestigae artinya mengusap, menjamah, menyilaukan. Makna kata itu dalam bahasa Indonesia tidak begitu ditonjolkan. Dalam ilmu sosial, prestige adalah sebutan untuk pengaruh yang tidak mudah dijelaskan. Dikatakan demikian karena pengaruh itu sulit dijelaskan dari mana dasar dan asalnya. Pengaruh itu terlontar dalam diri seseorang begitu saja. Pengaruh itu berasal dari seseorang secara pribadi atau dari kelompok orang. Gengsi bisa diperoleh seseorang karena keutamaan yang ia hayati, prestasi yang ia peroleh, ataupun sifat-sifat seseorang. Misalnya: siswa yang berprestasi di sekolah, seorang yang berekonomi baik dan dermawan, dan sebagainya. Selain itu, gengsi juga bisa diperoleh seseorang karena ia menjadi anggota suatu kelompok atau masyarakat tertentu, misalnya: kelompok orang yang berpenghasilan besar, kelompok para pejabat pemerintahan, tinggal di suatu kawasan tertentu, pengurus partai politik tertentu dan lain sebagainya (http://mafachiry.blogspot.com).

Jika menyimak pernyataan di atas, saya tertarik dengan pernyataan berikut ini :
Pengaruh itu berasal dari seseorang secara pribadi atau dari kelompok orang. Gengsi bisa diperoleh seseorang karena keutamaan yang ia hayati, prestasi yang ia peroleh, ataupun sifat-sifat seseorang. 
Berbicara tentang sifat seseorang, saya berpikir ulang dengan diri saya terutama karena tiba-tiba saya teringat kata-kata seseorang yang mengatakan kepada saya "Kamu memang seorang perfectionist". Ya memang saya akui, mungkin hal ini ada hubungannya juga dengan sifat melankolis saya.

                                                Gambar 1. Melankolis secara umum 

Sudah dibacakah Sobat? Ya, begitulah kurang lebih. Baik saya mulai dulu ceritanya. Hari ini saya berbelanja ke sebuah supermarket tidak jauh dari tempat saya kos. Awalnya saya ingin membeli beberapa barang yang menurut saya penting sambil belajar hemat juga. Tapi ketika saya berkeliling di dalam, saya jadi tertarik untuk membeli barang penting tapi sebelumnya tidak saya rencanakan untuk membelinya (kebiasaan kebanyakan cewek...jeh). Setelahnya, saya menuju kasir untuk membayar. Tiba memeriksa barang terakhir, si kasir berkata pada saya, "Ini sepuluh ribu dua ratus." Agak kaget juga. Saya perjelas Kawan, "Busa penggosok untuk cuci piring yang hanya seukuran sabun mandi padat itu harganya sepuluh ribu dua ratus rupiah." Alamaaakkk.....kaget juga. Pantes si kasir menanyakan kepada saya, mungkin dia setengah heran plus mengingatkan dan meyakinkan saya bahwa saya tidak salah ambil. Baik sih tapi saya pada waktu berpikir negatif, "Memangnya kenapa ya kalo saya beli spons harga segitu?" Hemm...saya jadi langsung mikir apa gara-gara penampilan saya yang casual ya. Belum ada 5 detik saya berpikir itu secara spontan dan ujung-ujungnya saya menjawab,"Ya tidak apa-apa". Akhirnya si kasir menghitung dan selesai dech, saya pun membayarnya dan pergi.

Sobat dari cerita saya di atas, ada beberapa point yang harus dicermati :
Ternyata memang tidak jauh beda dari sifat-sifat yang disebutkan di atas, memang penelitian orang-orang ahli itu bisa dipercaya. Hal pertama dari saya adalah bahwa saya memulai spontanitas berpikir dengan negative thinking, mudah tersinggung, kemudian dilanjutkan dengan gengsi tinggi. 

Entah gengsi itu berasal dari mana tapi mungkin bawaan dari diri saya sendiri, bisa karena penghargaan tinggi yang biasa saya dapatkan, keinginan menjaga harga diri, keinginan untuk dianggap tinggi, dan sebagainya. Padahal jika saya bisa mengendalikan rasa gengsi saya mungkin saya tidak perlu mengeluarkan uang banyak dan bisa memilih barang dengan harga lebih murah. Ternyata hal itu menimbulkan kekecewaan dan penyesalan yang luar biasa. Karena dalam diri saya sendiri (dalam kasus ini) berkeinginan membeli banyak barang dengan harga serendah-rendahnya.

Satu hal dari diri seorang melankolis yang membuat segalanya begitu susah, ya penyesalan yang bertubi-tubi setelah mendapatkan hal yang kurang baik.

Saya berharap Anda tidak meniru sisi buruk saya. Mungkin ada beberapa hal yang harus dilakukan untuk Anda yang agak mirip dengan sifat saya.
Pertama, ketika Anda berada dalam posisi saya, cobalah meredam pikiran negatif Anda dan mencoba berpikir bahwa jika ada orang yang mengingatkan Anda maka dia berkeinginan untuk mencegah Anda berbuat kesalan dan itu bisa mengurangi rasa bersalah Anda ketika Anda mengalami hal buruk ketika Anda terjebak dengan melakukannya.
Kedua, cobalah untuk menambah sifat sabar Anda sehingga Anda tidak mudah tersinggung dengan pernyataan orang lain. 
Yang ketiga, coba berpikir ulang ketika sifat gengsi Anda menyeruak dan mempengaruhi Anda. Untuk siapa sih Anda bersikap gengsi seperti itu? Memangnya dengan Anda bersikap seperti itu, orang tersebut akan bangga dengan Anda? Seberapa lama kebanggaan itu bertahan? Seberapa sering intensitas Anda bertemu dengan orang tersebut? Seberapa berpengaruh orang tersebut dalam kehidupan Anda? Jika semua jawaban Anda bisa mencapai angka sempurna (100%) maka gengsi itu masih bisa dipertahankan tapi jika tidak maka saya sarankan untuk segera membuang sifat gengsi Anda tersebut karena barangkali Anda sama seperti saya yakni tidak sanggup menanggung beban akibat "gengsi"....(hiks...hiks...hiks..)




  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar