Yups...selamat nimbrung kembali di blog saya.
Duh rasanya lega karena hari ini saya baru menyelesaikan uas semester 4 saya di jurusan saya tentunya (hehe).
Nah berbicara tentang jurusan, kali ini saya akan mengupas sedikit tentang pengalaman awal-awal masuk jurusan saya. What department is that?
Chemical Engineering alias Teknik Kimia...huuuuuhhhh...Ya saya kebetulan berada dalam kawasan kampus padat mahasiswa cowok karena jurusan yang saya ambil adalah teknik. Benarkah bisa dikatakan kebetulan? Emmm...fifty-fifty kayaknya. Alkisah, saya waktu itu hendak memilih jurusan. Nah, pilihan yang diperbolehkan hanya dua. Saya bingung. Saya memang ketika di SMA mengambil penjurusan IPA namun saya merasa lebih expert dalam pelajaran Bahasa Inggris. Sebenarnya saya diterima di salah satu perguruan tinggi swasta di Jakarta lewat jalur beasiswa dengan jurusan Hubungan Internasional. Tapi karena beberapa alasan, beasiswa itu saya lepas dan saya memutuskan untuk mengambil beasiswa di dekat-dekat sini saja,yaaa akhirnya ke Surabaya alias di ITS. Ketika memilih jurusan di ITS, saya berpikir untuk mencari jurusan yang banyak menggunakan bahasa inggris dan fisika karena dua pelajaran itu saya sukai. Lalu saya tertarik dengan beberapa jurusan, diantaranya, teknik industri,teknik lingkungan,teknik fisika,teknik kimia. Awalnya saya mencentang pilihan pertama saya pada teknik industri dan pilihan kedua pada teknik lingkungan. Tapi, teman baik saya yang ikut jalur beasiswa juga memilih teknik industri. Saya jadi dilema, mengingat dalam satu sekolah hanya akan ada satu siswa yang diterima dengan pilihan jurusan yang sama. Saya miris karena saya yakin saya akan diterima dengan nilai dan prestasi saya yang lebih dari teman saya (PD, cuy..). Saya khawatir teman baik saya tidak akan diterima so pilihannya adalah saya mencari jurusan lain. Dan secepat kilat saya tiba-tiba menuliskan teknik kimia sebagai pilihan pertama saya, tanpa pikir panjang dan tanpa pertimbangan apapun.
Alhasil setelah pengumuman, ternyata saya diterima dengan pilihan pertama saya sedangkan teman saya tidak diterima. Sedih rasanya karena berpisah dengan teman baik saya. Saya pun kemudian sibuk mencari referensi tentang teknik kimia karena saya tidak memiliki gambaran jelas ke depannya seperti apa. Selain itu minimnya informasi tentang perguruan tinggi menjadikan saya seperti "tarzan pergi kota"...ndak ngerti opo-opo (sedih..hiks...hiks).
Awal-awalnya saya bingung dan galau,kaget juga melihat hal-hal baru di kampus. Pertama kali datang ke kampus saya berguman, "Apik tenan panggonan kuwi."
Singkat cerita, pada masa awal-awal kuliah saya masih galau, kurang mampu adaptasi. Sehingga pada "masa-masa kegelapan" itu saya mengalami penurunan dari segala bidang kehidupan. Nilai saya juga kurang maksimal. Saya berpikir itu adalah awal kehancuran. Apalagi pada semester awal-awal, mata kuliah yang ada kebanyakan berhubungan dengan pelajaran kimia. Haduh! Kimia saya saja di SMA masih grotal-gratul. Huft, sumpek pokoknya.
Tapi ternyata setelah semester 3 berjalan, saya menemukan titik cerah karena saya sudah tahu posisi saya dan apa yang harus saya lakukan. Alhasil, prestasi saya melejit dan hidup saya berubah seketika. Di sinilah saya merasakan jatuh cinta pada teknik kimia (haha). Dan jika bertanya tentang kehidupan saya selanjutnya di sini, hemm...ada banyak kisah yang bisa saya bagi.
Jadi pelajaran yang bisa diambil dari cerita saya ini adalah kualitas hidup kita itu sebenarnya bergantung pada apa yang kita rasakan dan bagaimana kita merasakan keberadaan kita bukan hanya pada apa yang kita miliki sebelumnya. Saya membuktikan bahwa saya yang masih kurang optimal di bidang kimia, sekarang masih mampu bertahan dalam kondisi yang saya kira cukup menyenangkan dan membuat saya hidup. Jadi bagi sobat yang masih galau-galau karena mungkin ada beberapa kemunduran yang ditrasakan dalam kehidupannya, yuk kita bangkit. Kita tata lagi hati kita dan kita mantapkan pula, yakinlah bahwa habis gelap selalu terbit terang (bumi masih muter cuy..hehe). So...keep smile (^_^)
0 komentar:
Posting Komentar